Memuat...
👋 Selamat Pagi!

Shortcode vs Gutenberg: Panduan Lengkap & Tips Gabung WordPress

Shortcode vs Gutenberg: Pilih mana? Panduan lengkap & tips gabung WordPress untuk website sukses. Kuasai keduanya!

Shortcode vs Gutenberg: Panduan Lengkap & Tips Gabung WordPress

Memilih alat yang tepat untuk membangun dan mengelola konten website Anda bisa menjadi penentu kesuksesan. Di dunia WordPress, dua pendekatan utama sering kali menjadi perdebatan hangat: penggunaan shortcode tradisional dan editor blok Gutenberg yang modern. Keduanya menawarkan cara yang berbeda untuk menyajikan konten, dan memahami perbedaan serta bagaimana mengintegrasikannya adalah kunci untuk memaksimalkan potensi website Anda.

Artikel ini akan membongkar tuntas shortcode vs Gutenberg, memberikan Anda panduan komprehensif untuk memahami kekuatan masing-masing, serta strategi cerdas untuk menggabungkan keduanya demi efisiensi dan fleksibilitas yang optimal. Bersiaplah untuk membawa pengalaman membangun website Anda ke level berikutnya!

Memahami Akar: Apa Itu Shortcode WordPress?

Sebelum kita melangkah lebih jauh ke perbandingan, penting untuk memahami apa sebenarnya shortcode itu dan bagaimana ia merevolusi cara konten dibuat di WordPress. Shortcode adalah cuplikan kode kecil yang memungkinkan pengguna untuk menyisipkan fungsionalitas kompleks ke dalam postingan, halaman, atau widget tanpa perlu menulis kode HTML atau PHP secara langsung.

Sejarah dan Evolusi Shortcode

Shortcode pertama kali diperkenalkan di WordPress 2.5 melalui plugin "Shortcodes API". Tujuannya adalah untuk menyederhanakan proses penambahan elemen dinamis seperti galeri, slider, tombol, atau bahkan embed dari platform lain. Pengembang dapat membuat shortcode kustom mereka sendiri, dan pengguna cukup menyalin-tempel kode pendek seperti [nama_shortcode] ke dalam editor.

Fleksibilitas shortcode membuatnya sangat populer. Plugin-plugin pihak ketiga seperti Visual Composer (sekarang WPBakery Page Builder) dan Avada Theme Builder sangat bergantung pada shortcode untuk menyediakan antarmuka drag-and-drop yang mudah digunakan. Ini memungkinkan pengguna non-teknis untuk membuat tata letak halaman yang kompleks dengan cepat.

Bagaimana Shortcode Bekerja?

Secara teknis, shortcode adalah placeholder. Ketika WordPress memproses konten yang berisi shortcode, ia akan menjalankan fungsi PHP yang terkait dengan shortcode tersebut dan menggantikan placeholder dengan output yang dihasilkan oleh fungsi itu. Misalnya, shortcode [button text="Klik Saya" link="https://contoh.com"] mungkin akan menghasilkan kode HTML lengkap untuk sebuah tombol.

Struktur dasar shortcode adalah [tag_shortcode atribut="nilai"]konten_opsional[/tag_shortcode]. Atribut memungkinkan penyesuaian lebih lanjut, sementara konten opsional digunakan untuk shortcode yang membungkus elemen lain (misalnya, [tabs]Tab 1 Konten[/tabs]).

Kelebihan Menggunakan Shortcode

Ada beberapa alasan mengapa shortcode tetap relevan bagi banyak pengguna WordPress:

  • Kemudahan Penggunaan: Bagi pengguna yang terbiasa dengan shortcode, mereka menawarkan cara cepat untuk menyisipkan elemen siap pakai.
  • Fleksibilitas Tinggi: Shortcode dapat dikustomisasi secara ekstensif melalui atribut, memungkinkan kontrol granular atas tampilan dan fungsi.
  • Kompatibilitas Luas: Banyak tema dan plugin lama masih sangat mengandalkan shortcode, menjadikannya pilihan yang aman untuk proyek yang sudah ada.
  • Portabilitas Konten: Konten yang dibuat dengan shortcode cenderung lebih mudah dipindahkan antar tema atau plugin yang mendukung shortcode yang sama.

Kekurangan Shortcode

Namun, penggunaan shortcode juga memiliki beberapa kelemahan signifikan:

  • Ketergantungan pada Plugin/Tema: Jika tema atau plugin yang menyediakan shortcode dinonaktifkan, shortcode tersebut akan berubah menjadi teks mentah yang tidak terbaca di frontend.
  • Editor yang Kurang Intuitif: Shortcode tidak memberikan pratinjau visual yang langsung di dalam editor lama WordPress, membuatnya sulit untuk memvisualisasikan tata letak.
  • Kompleksitas Kode: Jika Anda perlu membuat shortcode kustom, ini memerlukan pengetahuan pemrograman PHP, yang bisa menjadi hambatan bagi pemula.
  • Potensi Bloat: Penggunaan banyak plugin shortcode dapat menambah beban pada website Anda, berpotensi memperlambat kinerja.

Memasuki Era Baru: Mengenal Editor Blok Gutenberg

Gutenberg, yang sekarang menjadi editor default di WordPress 5.0 ke atas, memperkenalkan paradigma baru dalam pembuatan konten. Alih-alih menggunakan shortcode, Gutenberg menggunakan konsep "blok". Setiap elemen di halaman Anda, mulai dari paragraf, gambar, judul, hingga elemen yang lebih kompleks seperti kolom, tombol, atau embed, direpresentasikan sebagai blok yang dapat ditambahkan, diatur, dan disesuaikan.

Filosofi di Balik Gutenberg

Gutenberg dirancang untuk menyederhanakan proses pembuatan konten dan memberikan pengalaman yang lebih visual dan intuitif. Idenya adalah untuk mengadaptasi WordPress agar lebih mirip dengan editor visual modern yang umum ditemukan di platform lain, namun tetap mempertahankan kekuatan dan fleksibilitas WordPress.

Pendekatan blok ini memungkinkan pengguna untuk membangun halaman secara modular. Anda dapat dengan mudah menyeret dan melepas blok, mengatur tata letak menggunakan blok kolom, dan melihat pratinjau langsung bagaimana konten Anda akan terlihat di frontend. Ini memberdayakan pengguna untuk membuat desain yang lebih menarik tanpa perlu menyentuh kode.

Bagaimana Gutenberg Bekerja?

Setiap blok di Gutenberg adalah unit konten mandiri. Ketika Anda menambahkan sebuah blok, Anda dapat mengonfigurasinya melalui sidebar pengaturan. Blok-blok ini kemudian dirender menjadi HTML saat halaman dimuat. WordPress secara otomatis mengelola blok-blok ini, memastikan bahwa konten Anda terstruktur dengan baik dan mudah diedit.

Gutenberg hadir dengan berbagai blok bawaan, seperti:

  • Blok Teks: Paragraf, Judul, Daftar, Kutipan, Kode
  • Blok Media: Gambar, Galeri, Audio, Video, File
  • Blok Desain: Tombol, Kolom, Grup, Grup Lanjut, Pemisah, Spasi
  • Blok Widget: Widget Kustom, Kategori, Tag, Arsip
  • Blok Embed: YouTube, Twitter, Facebook, dll.

Selain blok bawaan, banyak plugin dan tema sekarang menawarkan blok kustom mereka sendiri, memperluas fungsionalitas Gutenberg secara eksponensial.

Kelebihan Menggunakan Gutenberg

Editor blok ini membawa banyak keuntungan yang signifikan:

  • Pengalaman Visual Langsung: Anda dapat melihat pratinjau konten Anda saat Anda membuatnya, menghilangkan dugaan.
  • Antarmuka yang Intuitif: Drag-and-drop dan pengaturan blok yang mudah dipahami membuatnya sangat ramah pengguna.
  • Struktur Konten yang Lebih Baik: Pendekatan modular membantu menciptakan konten yang lebih terorganisir dan SEO-friendly.
  • Fleksibilitas Tata Letak: Blok kolom, grup, dan tata letak bawaan lainnya memudahkan pembuatan desain yang kompleks.
  • Potensi Kinerja yang Lebih Baik: Dibandingkan dengan beberapa page builder berbasis shortcode yang berat, Gutenberg cenderung lebih ringan jika digunakan dengan bijak.
  • Masa Depan WordPress: Gutenberg adalah fokus utama pengembangan WordPress, memastikan dukungan dan pembaruan berkelanjutan.

Kekurangan Gutenberg

Meskipun sangat powerful, Gutenberg juga memiliki beberapa keterbatasan:

  • Kurva Belajar Awal: Bagi pengguna yang sangat terbiasa dengan editor klasik, mungkin perlu sedikit waktu untuk beradaptasi.
  • Ketergantungan pada Blok: Mirip dengan shortcode, jika blok kustom dari plugin dinonaktifkan, kontennya bisa terpengaruh (meskipun biasanya lebih baik daripada shortcode).
  • Kustomisasi Tingkat Lanjut: Untuk kustomisasi yang sangat spesifik yang melampaui opsi blok, mungkin masih memerlukan kode atau plugin tambahan.
  • Kompleksitas untuk Desain Sangat Unik: Meskipun sangat fleksibel, mencapai desain yang benar-benar unik dan kustom mungkin masih memerlukan pemahaman desain web yang lebih mendalam.

Perbandingan Langsung: Shortcode vs Gutenberg

Sekarang mari kita lihat perbandingan langsung antara kedua pendekatan ini berdasarkan beberapa aspek penting:

Kemudahan Penggunaan dan Antarmuka

Shortcode: Membutuhkan pengguna untuk menghafal atau menyalin-tempel kode. Pratinjau visual tidak langsung di editor lama. Lebih mudah bagi mereka yang sudah terbiasa dengan shortcode spesifik dari tema atau plugin.

Gutenberg: Antarmuka visual drag-and-drop yang intuitif. Pratinjau langsung di editor. Lebih mudah dipelajari bagi pengguna baru atau mereka yang terbiasa dengan editor modern.

Fleksibilitas dan Kustomisasi

Shortcode: Sangat fleksibel, tetapi kustomisasi sering kali terbatas pada atribut yang disediakan oleh pembuat shortcode. Kustomisasi mendalam memerlukan pengeditan kode atau shortcode yang lebih kompleks.

Gutenberg: Menawarkan fleksibilitas melalui berbagai blok dan opsi pengaturan di sidebar. Memungkinkan penyesuaian yang kaya untuk setiap blok. Untuk kustomisasi tingkat lanjut, blok kustom atau CSS dapat digunakan.

Kinerja dan Beban Situs

Shortcode: Tergantung pada jumlah dan kualitas plugin shortcode yang digunakan. Plugin page builder berat yang berbasis shortcode dapat memperlambat situs.

Gutenberg: Cenderung lebih ringan jika digunakan dengan blok bawaan atau blok dari plugin yang dioptimalkan. Penggunaan blok kustom yang berlebihan dari plugin yang buruk tetap bisa memengaruhi kinerja.

Ketergantungan dan Migrasi

Shortcode: Sangat bergantung pada tema atau plugin yang menyediakannya. Menonaktifkan plugin dapat membuat konten menjadi kacau (muncul sebagai teks mentah).

Gutenberg: Ketergantungan pada blok kustom dari plugin masih ada, tetapi WordPress memiliki mekanisme penanganan yang lebih baik untuk blok yang tidak tersedia (biasanya menampilkan blok placeholder atau pesan peringatan).

Struktur Konten dan SEO

Shortcode: Struktur konten bisa menjadi kurang jelas karena shortcode menyembunyikan kode HTML di baliknya. SEO tergantung pada bagaimana shortcode dirender.

Gutenberg: Mendorong struktur konten yang lebih semantik dan terorganisir melalui blok. Ini secara inheren lebih baik untuk SEO karena konten lebih mudah diuraikan oleh mesin pencari.

Manfaat Menggabungkan Shortcode dan Gutenberg

Meskipun Gutenberg adalah masa depan, banyak website yang sudah ada dibangun menggunakan shortcode. Alih-alih melakukan migrasi besar-besaran, seringkali lebih praktis untuk menggabungkan kedua pendekatan ini. Ini memungkinkan Anda untuk memanfaatkan keunggulan masing-masing.

Mengapa Menggabungkan?

Beberapa alasan kuat untuk mempertimbangkan pendekatan hibrida:

  • Transisi Bertahap: Jika Anda memiliki banyak konten berbasis shortcode, Anda dapat secara bertahap memigrasikannya ke blok Gutenberg sambil terus menggunakan shortcode untuk elemen yang belum diubah.
  • Fungsionalitas Khusus: Beberapa plugin atau tema mungkin masih menyediakan shortcode untuk fungsionalitas yang sangat spesifik yang belum sepenuhnya digantikan oleh blok Gutenberg.
  • Kenyamanan Pengguna: Tim atau kolaborator Anda mungkin sudah terbiasa dengan shortcode tertentu, dan transisi penuh mungkin memakan waktu.
  • Memanfaatkan Plugin Favorit: Banyak plugin populer telah memperluas fungsionalitas mereka dengan menyediakan blok Gutenberg selain shortcode mereka.

Strategi Penggabungan yang Efektif

Berikut adalah beberapa cara cerdas untuk menggabungkan shortcode dan Gutenberg:

  • Gunakan Plugin "Classic Editor" atau "Block Compatibility": Plugin seperti ini dapat membantu Anda menggunakan editor klasik (yang mendukung shortcode dengan baik) di samping editor blok, atau membantu mengonversi shortcode menjadi blok.
  • Konversi Shortcode ke Blok Kustom: Jika Anda memiliki shortcode kustom yang sering digunakan, pertimbangkan untuk membuat blok Gutenberg kustom yang meniru fungsionalitasnya. Ini memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik.
  • Gunakan Shortcode di Widget: Area widget di banyak tema masih merupakan tempat yang bagus untuk shortcode, terutama jika Anda ingin menyisipkan elemen dinamis di sidebar atau footer.
  • Manfaatkan Plugin yang Mendukung Keduanya: Banyak plugin modern menyediakan blok Gutenberg yang terintegrasi penuh, tetapi juga masih mempertahankan dukungan shortcode untuk kompatibilitas mundur.
  • Strategi Migrasi Bertahap: Mulailah dengan memigrasikan halaman atau postingan yang paling penting ke Gutenberg. Untuk konten yang lebih lama, biarkan shortcode tetap ada untuk sementara waktu.

Tips Tingkat Lanjut untuk Shortcode vs Gutenberg

Bagi Anda yang ingin memaksimalkan penggunaan kedua pendekatan ini, berikut adalah beberapa tips ahli:

1. Analisis Kebutuhan Anda

Sebelum memutuskan, tanyakan pada diri Anda: Apa yang ingin Anda capai? Seberapa kompleks desain Anda? Seberapa penting elemen visual langsung? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan memandu Anda.

2. Prioritaskan Blok Gutenberg untuk Konten Baru

Untuk konten baru yang Anda buat, selalu prioritaskan penggunaan blok Gutenberg. Ini memastikan bahwa konten Anda modern, mudah dikelola, dan siap untuk masa depan WordPress.

3. Gunakan Shortcode untuk "Fungsionalitas Terbatas"

Jika Anda memiliki shortcode yang sangat spesifik dari plugin yang tidak dapat Anda hidup tanpanya, dan tidak ada blok Gutenberg yang setara, gunakan shortcode tersebut di tempat yang tepat, seperti di area widget atau dalam postingan yang jarang diedit.

4. Optimalkan Kinerja Plugin Shortcode

Jika Anda masih sangat bergantung pada plugin shortcode, pastikan plugin tersebut ringan dan dioptimalkan. Hindari menggunakan banyak plugin page builder yang berat secara bersamaan.

5. Pahami Struktur HTML yang Dihasilkan

Meskipun Anda tidak perlu menjadi pengembang, memiliki pemahaman dasar tentang bagaimana shortcode dan blok menghasilkan HTML akan membantu Anda memecahkan masalah dan mengoptimalkan SEO.

6. Manfaatkan Plugin Blok Kustom

Ada banyak plugin yang menyediakan blok Gutenberg tambahan untuk berbagai keperluan, mulai dari menampilkan postingan, formulir, hingga elemen desain yang lebih canggih. Jelajahi pilihan ini untuk memperluas kemampuan Gutenberg Anda.

7. Gunakan "Reusable Blocks" di Gutenberg

Fitur "Reusable Blocks" di Gutenberg sangat kuat. Anda dapat membuat blok kompleks (misalnya, bagian testimonial, header khusus) dan menyimpannya untuk digunakan kembali di mana saja. Ini mirip dengan konsep shortcode, tetapi dengan pengalaman Gutenberg yang kaya.

8. Pertimbangkan Migrasi ke Full Site Editing (FSE)

Jika Anda menggunakan WordPress versi terbaru, pelajari tentang Full Site Editing. FSE menggunakan blok untuk mengelola seluruh desain situs Anda, termasuk header, footer, dan template. Ini adalah evolusi alami dari editor blok.

Studi Kasus: Migrasi dari Tema Berbasis Shortcode ke Gutenberg

Bayangkan Anda memiliki website lama yang dibangun menggunakan tema premium yang sangat bergantung pada shortcode untuk membuat tata letak halaman. Pembaruan tema lambat, dan Anda ingin lebih banyak kebebasan dalam desain.

Pendekatan Hibrida:

  • Identifikasi Halaman Kunci: Tentukan halaman mana yang paling sering Anda perbarui atau yang paling penting untuk tampilan Anda (misalnya, halaman beranda, halaman layanan).
  • Buat Ulang dengan Gutenberg: Gunakan editor blok Gutenberg untuk membuat ulang halaman-halaman kunci ini. Cari plugin blok yang menawarkan fungsionalitas serupa dengan shortcode yang Anda gunakan sebelumnya.
  • Biarkan Shortcode untuk Konten Statis: Halaman-halaman yang jarang diubah dan tidak memerlukan pembaruan desain besar dapat dibiarkan menggunakan shortcode untuk sementara waktu.
  • Gunakan Plugin Kompatibilitas: Jika diperlukan, instal plugin yang membantu mengonversi shortcode ke blok atau memungkinkan Anda menggunakan shortcode di dalam blok Gutenberg.
  • Migrasi Bertahap: Lakukan migrasi secara bertahap. Seiring waktu, Anda dapat terus memperbarui konten lama ke blok Gutenberg, atau bahkan mengganti tema lama dengan yang lebih berfokus pada blok.

Pendekatan ini memungkinkan Anda untuk mendapatkan manfaat dari editor blok yang modern tanpa harus membangun kembali seluruh situs Anda dalam semalam.

Rekomendasi Layanan

Butuh jasa pembuatan website profesional? KerjaKode menyediakan layanan pembuatan website berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Kunjungi https://kerjakode.com/jasa-pembuatan-website untuk konsultasi gratis.

Kesimpulan: Memilih Pendekatan Terbaik untuk Anda

Perdebatan shortcode vs Gutenberg bukanlah tentang mana yang "lebih baik" secara mutlak, melainkan mana yang paling sesuai dengan kebutuhan, keahlian, dan tujuan proyek Anda. Gutenberg jelas merupakan arah masa depan WordPress, menawarkan pengalaman pembuatan konten yang lebih modern, visual, dan terstruktur. Ini adalah pilihan yang sangat direkomendasikan untuk website baru atau ketika Anda ingin memperbarui fungsionalitas situs Anda.

Namun, shortcode masih memiliki tempatnya, terutama untuk kompatibilitas mundur, fungsionalitas yang sangat spesifik, atau bagi pengguna yang sudah sangat mahir dalam ekosistem shortcode mereka. Pendekatan hibrida, di mana Anda menggabungkan kedua metode ini secara strategis, seringkali merupakan solusi paling praktis dan efisien, memungkinkan Anda untuk memanfaatkan keunggulan masing-masing sambil meminimalkan kerugian.

FAQ: Pertanyaan Umum tentang Shortcode vs Gutenberg

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk beralih dari shortcode ke Gutenberg?

Waktu yang dibutuhkan sangat bervariasi tergantung pada jumlah konten Anda, kompleksitas shortcode yang digunakan, dan seberapa dalam Anda ingin menyesuaikan blok Gutenberg. Untuk situs kecil, migrasi beberapa halaman kunci bisa memakan waktu beberapa jam. Untuk situs besar dengan ribuan postingan dan halaman yang kompleks, ini bisa menjadi proyek yang memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Apakah saya harus menghapus semua shortcode jika menggunakan Gutenberg?

Tidak selalu. Anda dapat terus menggunakan shortcode yang disediakan oleh plugin Anda jika plugin tersebut belum memiliki blok Gutenberg yang setara, atau jika shortcode tersebut digunakan di area yang tidak akan Anda ubah secara signifikan (seperti widget). Namun, untuk konten utama di postingan dan halaman, disarankan untuk beralih ke blok Gutenberg untuk pengalaman yang lebih baik.

Bisakah saya menggunakan shortcode di dalam blok Gutenberg?

Ya, Anda bisa. Gutenberg memiliki blok bernama "Shortcode" yang memungkinkan Anda untuk menyisipkan shortcode apa pun di dalamnya. Ini adalah cara yang sangat berguna untuk mengintegrasikan fungsionalitas shortcode lama Anda ke dalam alur kerja editor blok.

Apa yang terjadi jika saya menonaktifkan plugin yang menyediakan shortcode?

Jika Anda menonaktifkan plugin yang menyediakan shortcode, shortcode tersebut akan berhenti berfungsi. Alih-alih menampilkan elemen yang diinginkan (misalnya, tombol, galeri), shortcode tersebut akan muncul sebagai teks mentah di frontend dan backend situs Anda. Inilah salah satu kelemahan utama shortcode.

Apakah Gutenberg lebih baik untuk SEO daripada shortcode?

Secara umum, ya. Gutenberg mendorong struktur konten yang lebih semantik dan terorganisir, yang lebih mudah diuraikan oleh mesin pencari. Blok-bloknya dirender menjadi HTML yang bersih dan terstruktur. Shortcode, di sisi lain, bisa menyembunyikan struktur HTML, yang mungkin kurang ideal untuk SEO jika tidak dikelola dengan baik.

Apakah saya perlu menggunakan plugin page builder jika sudah ada Gutenberg?

Gutenberg sendiri sudah merupakan page builder yang kuat. Namun, plugin page builder pihak ketiga yang lebih canggih (seperti Elementor, Beaver Builder, atau Divi) masih menawarkan fitur desain yang lebih luas, perpustakaan template yang lebih besar, dan opsi kustomisasi yang lebih mendalam daripada Gutenberg bawaan. Pilihan ini tergantung pada tingkat kompleksitas desain yang Anda inginkan.

Ajie Kusumadhany
Written by

Ajie Kusumadhany

admin

Founder & Lead Developer KerjaKode. Berpengalaman dalam pengembangan web modern dengan Laravel, React.js, Vue.js, dan teknologi terkini. Passionate tentang coding, teknologi, dan berbagi pengetahuan melalui artikel.

Promo Spesial Hari Ini!

10% DISKON

Promo berakhir dalam:

00 Jam
:
00 Menit
:
00 Detik
Klaim Promo Sekarang!

*Promo berlaku untuk order hari ini

0
User Online
Halo! 👋
Kerjakode Support Online
×

👋 Hai! Pilih layanan yang kamu butuhkan:

Chat WhatsApp Sekarang